Ketika menjadi seorang ibu, tantangan hidup semakin berat dan ujian semakin banyak. Salah satunya perihal finansial, kita harus menyatukan antara pendapatan suami dan pendapatan kita yang nantinya dijadikan satu sebagai bekal untuk mendidik dan merawat anak. Waktu pun juga berkurang untuk diri sendiri. Menjadi ibu yang bekerja atau tidak, adalah suatu pilihan. Terkadang, kita dilema antara jenjang karir kita dan pertumbuhan anak yang menjadi tanggung jawab kita sebagai ibu. Padahal sebenarnya, menjadi wanita karir atau pun ibu rumah tangga adalah pilihan yang sama-sama hebat, kita sendiri lah yang bisa menentukan pilihan terbaik antara keduanya.
Transisi seorang perempuan ketika masih single dan menjadi seorang ibu memang sebuah tantangan tersendiri, tidak selalu mulus tetapi segala sesuatu hal bisa dipelajari. Apalagi pada zaman sekarang, semua ilmu mudah diakses. Ketika punya anak, mungkin awalnya kita sebagai seorang perempuan akan kaget karena kita akan kehilangan diri kita seutuhnya. Sebagai seorang ibu, tanggung jawab kita semakin besar, kita akan lebih memikirkan anak kita di atas diri kita sendiri.
Kehilangan sense of self ketika transisi dari single lalu menjadi ibu, itu sangat mempengaruhi mental seorang ibu. Karena ketika menjadi ibu, identitas kita hilang, transparan, dan tidak terlihat. Di mata masyarakat, kita adalah ibu dari anak kita dan kita adalah isteri dari suami kita, seakan kita sudah tidak menemukan diri kita secara utuh. Hal ini menyebabkan, seorang ibu merasa bahwa hidupnya hanya untuk melayani suami dan membesarkan anak.
Seorang ibu akan merasa menemukan dirinya dan bersemangat lagi, ketika apa yang dia curahkan dan dia ajarkan kepada anak, ada hasilnya. Hal tersebut membuat seorang ibu merasa yakin bahwa keputusan yang ia ambil adalah keputusan yang tepat untuk menjadi Ibu.
Ketika membesarkan anak, seorang ibu akan merasa hal ini kompleks. Karena sebagai ibu, kita harus memperhatikan gizi pada makanan yang kita beri pada anak. Ketika makanan yang kita kasih pada anak memiliki gizi yang tinggi, hal itu akan membuat tumbuh kembang anak menjadi baik dan tidak akan mengalami stunting. Oleh sebab itu, seorang ibu seakan harus dituntut untuk mempelajari banyak hal untuk membesarkan dan mendidik anak terutama dalam hal pemilihan gizi yang baik pada makanan anak.
Menjadi ibu memang sesuatu yang berat, yang tak lain akan menimbulkan banyak rasa cemas saat membesarkan anak. Kita akan selalu khawatir atas apa yang kita lakukan, sudah benar atau tidak, sudah tepat atau justru salah. Kekhawatiran semacam itu yang akan membuat kita sebagai seorang ibu menjadi mudah mengalami stress. Tak hanya hal itu, lingkungan pun juga bisa membuat kita menjadi cemas. Misal ketika kita sedang konsultasi ke puskesmas lalu bertemu dengan ibu-ibu lain, terkadang mereka membandingkan pertumbuhan anak mereka dengan anak kita. Untuk itu, tidak perlu dimasukin hati ya Mom. Cukup senyum dan beri afirmasi positif terhadap diri kita sendiri, kita hebat, kita bisa.
Banyak beban yang harus diemban oleh seorang ibu. Waktu yang dimiliki seakan terkuras untuk memikirkan tumbuh kembang anak, melayani suami, mendidik anak, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain. Hal ini terkadang membuat seorang ibu burnout. Lalu apa yang bisa dilakukan ibu jika mengalami hal seperti ini? Jawabannya satu, Mom. Curhat. Ketika raga kita sakit, kita harus datang ke dokter untuk mengobatinya. Dan begitu juga ketika kita stress, kita butuh seseorang yang bisa mendengar kita. Kita bisa meluapkan cerita kita ke suami, keluarga atau teman. Namun, jika dirasa hal itu belum membuat kita tenang, kita bisa datang ke psikolog untuk berkonsultasi untuk meminimalisir rasa stress yang kita alami.
Seorang ibu akan merasakan banyak pikiran-pikiran tidak logis yang tiba-tiba muncul. Hal ini disebabkan karena seorang ibu masih memiliki anak kecil yang belum tumbuh dewasa. Di samping itu, hal tersebut terjadi karena kekhawatiran seorang ibu terkait tumbuh kembang dan masa depan anak. Misalnya, “Anakku bisa ga ya tumbuh sesuai yang aku harapkan?”, dan kekhawatiran-kekhawatiran lainnya.
Kita sebagai seorang ibu akan selalu merasa harus menemani anaknya ketika kecil hingga ia tumbuh dewasa. Hal ini disebabkan karena kita sebagai seorang ibu merasa bahwa dulu kita tidak ditemani penuh oleh ibu kita ketika kecil. Dari hal ini, kita bisa simpulkan bahwa innerchild adalah sesuatu hal yang bisa sangat mempengaruhi kita dalam mendidik anak kita.
Menjadi ibu tidak akan pernah sama seperti saat kita masih lajang. Banyak hal yang tiba-tiba berubah. Banyak ketakutan yang akan kita alami, banyak rasa cemas yang akan menghampiri. Tetapi, bukan berarti menjadi seorang ibu adalah hal yang tidak akan pernah membuat kita bahagia. Menjadi ibu adalah sesuatu yang hebat, karena kita akan merasa senang ketika seorang anak bisa tumbuh sesuai yang kita harapkan. Mungkin kita akan kehilangan diri kita secara utuh, tetapi bukan berarti kita akan kehilangan kebahagiaan kita secara penuh ya!
Lalu apa yang bisa kita lakukan agar jiwa kita sebagai seorang ibu terisi lagi dan tidak merasa kehilangan diri lagi? Sebagai ibu, kita harus mencari kegiatan-kegiatan yang bisa me-refresh diri lagi dan bisa memulihkan diri dari rasa kehilangan. Misal, kita bisa membuat konten, atau menulis atau melakukan kegiatan lainnya yang bisa membuat kita senang.
Jadi gitu ya, Mom. Kita boleh kehilangan diri kita secara utuh, tetapi jangan sampai kita kehilangan kebahagiaan kita.
Semoga bermanfaat ya, Mom.