Akhir-akhir ini, di beberapa platform media sosial seperti facebook dan instagram, yang akhirnya menimbulkan pembahasan bagi khalayak mengenai istilah yang dianggap baru tentang generasi muda sekarang ini (generasi di bawah millenial), yakni strawberry generation/ generasi strawberry.
Istilah strawberry generation pada mulanya muncul dari negara Taiwan, istilah ini ditujukan pada sebagian generasi baru yang lunak seperti buah strawberry. Pemilihan buah strawberry untuk penyebutan generasi baru ini juga karena buah strawberry itu tampak indah, tetapi begitu dipijak atau ditekan ia akan mudah sekali hancur.
Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya dan dalam salah satu kesempatan kuliah online melalui streaming youtube beliau, generasi strawberry adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Definisi ini dapat kita lihat melalui laman-laman media sosial. Begitu banyak gagasan- gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda, sekaligus pula juga tidak kalah banyak cuitan resah penggambaran suasana hati yang dirasakan oleh mereka.
Sebagai orang tua, tentunya kita membutuhkan kiat khusus dalam mendidik generasi strawberry agar bermental tangguh. Yuk simak kiat-kiatnya:
Pertama, hal yang menjadi prihatin dari generasi strawberry adalah mental, dengan mengarahkan dan mendidik mental anak terletak pada peranan asuh orang tua seperti bagaimana ia menghadapi tuntutan dengan kata lain ia harus membangun kesadaran perjuangan hidup. Terutama membangun karakter leader di dalam dirinya.
Kedua, melatih anak untuk tanggung jawab yang mampu membuatnya belajar dan grow up. Hal ini juga bertujuan bahwa anak memiliki kontribusi dan merasa berharga. Seperti menjadi pendengar yang baik, saling menghargai, dan memilah pujian dengan secukupnya.
Ketiga, melatih generasi strawberry dalam membuat keputusan. Kemampuan dalam mengambil keputusan perlu diasah sejak dini agar ketika dewasa nanti tidak menjadi pengikut yang mudah diatur. Melatih pengambilan keputusan juga agar bermanfaat dan dapat mempertimbangkan risiko dari keputusan tersebut.
Keempat, apabila anak tersebut memiliki sifat keras kepala, penting orang tua dalam mencoba memahami. Hal ini bisa menambahkan rasa tangguh kepada anak mengenai bagaimana memperjuangkan suatu hal yang mereka inginkan.
Kelima, luruskan kekeliruan dalam berkomunikasi. Ajarkan anak, pahami anak, dengarkan anak, berikan pemahaman, sampaikan dengan kata-kata santun dan baik agar ketika anak berbicara juga akan meniru apa yang kita sampaikan.
Nah, kiat-kiatnya jangan lupa diterapkan ya, Mom. Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Semoga bermanfaat ya..
This Post Has One Comment