Hallo bun, beberapa hari yang lalu, aku ikut kelas seminar online Hal pertama yang aku dapetin di kelas adalah cara Manajement emosi untuk para ibu dan aku cuma pengen share sedikit aja ilmunya di sini.
Ibu sebagai manager keluarga, memiliki peran yang sangat penting dalam memenage perihal rumah tangga. Situasi yang tidak menentu dan banyaknya kegiatan yang harus dikelola ibu di rumah, membuat ibu mengalami kewalahan dan rentan mengalami stres. Untuk menyikapi kondisi tersebut, Ibu dapat mengurangi rasa kewalahan dan potensi stresnya dengan membuat rutinitas yang terstruktur.
Sebagai seorang ibu, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam memanajemen emosi kita:
1. Kita perlu mengaca minimal pada diri kita sendiri, ketika kita sampai pada kondisi yang cukup baik, maka kita perlu bertahan pada kebaikan itu. Tidak ada jaminan kita akan tetap di sana, kecuali kita mempertahankannya. Termasuk ketika sudah menjadi ibu, melahirkan anak pertama itu gerbang menjadi ibu. Tetapi tidak otomatis membuat kita itu valid menjadi ibu yang sesungguh-sungguhnya ibu. Sulit bukan berarti tidak bisa, hanya ada panduannya.
Sebenarnya semua ibu sudah melakukan hal yang baik, tetapi terkadang belom mampu menata emosi dengan baik, sehingga seolah berperan menjadi ibu yang pemarah, galak, dan lain sebagainya.
2. Berdamai dengan ketidaksempurnaan adalah ketika kita bisa menempatkan diri kita sebagai seorang pembelajar yang bisa salah. Sebagaimana kita juga perlu toleran, berdamai pada kesalahan orang lain.
Ketika kita sudah lulus sekolah, lalu kita masuk ke universitas kehidupan dalam bentuk rumah tangga, kita tidak bisa menuntut sesuatu yang sempurna karena kita berinteraksi dengan pihak lain yang bukan diri kita. Ada suami, yang merupakan orang lain dan tidak bisa kita kontrol.
Orang yang perfeksionis akan selalu terjebak pada kekesalan, kemarahan, dan segala macam rasa kurang karena tidak bisa mengendalikan pihak lain. Ditambah ada anak, anakpun adalah orang lain bukan diri kita sendiri yang bisa kita kontrol.
3. Menyadari bahwa ketika kita masuk ke universitas kehidupan dalam bentuk rumah tangga, di situlah kita baru belajar menjadi perempuan sejati. Jadi peluklah diri kita sendiri, dan katakan, “Proporsional lah melihat dirimu sebagai pembelajar yang bisa salah. Tapi walaupun salah harus tetap belajar.”
4. Dalam keseharian kita, kita punya pandangan bahwa produktif itu berarti bergerak terus tanpa henti. Ketika kita punya waktu untuk berhenti, kita akan merasa tidak produktif. Karena produktif diidentikkan dengan bergerak terus, bahkan punya indikator produktif itu dengan mencapai capaian materialis. Hal itu tanpa sadar membuat kita untuk bergerak terus. Bahkan, ketika kondisi kita mengharuskan kita untuk diam atau kita punya waktu untuk senggang, kita tetap mengisi waktu senggang kita itu dengan bergerak terus.
Padahal, seharusnya kita punya waktu untuk jeda, sekedar refresh pikiran kita tanpa handphone dan scrolling media sosial yang membuat kita tidak benar2 refreshing.
Kita perlu melihat dan menyadari kapasitas diri kita itu seperti apa.
5. Menata hati bagi ibu itu sangat penting, karena suasana hati ibu menentukan suasana atau hawa di dalam rumah. Jika hati seorang ibu nyaman, maka suasana rumah akan menjadi nyaman. Begitupun sebaliknya, jika hati ibu sedang tidak nyaman, maka suasana rumah jadi tidak nyaman.
Ada beberapa hal yang menjadi pemicu emosi Ibu:
– Standar ibu tidak sama dengan standar anak
– Maunya ibu tidak sama dengan maunya anak
– Yang penting bagi ibu tidak sama dengan yang penting bagi anak
Dan untuk menyikapinya, adalah dengan menurunkan ego dan mengelola emosi serta memberikan pemahaman kepada anak.
6. Kunci untuk mempunyai kelola emosi diri tidak berada pada teori, tetapi justru ada pada kemampuan diri untuk mengeksplor setiap modul belajar yang Allah berikan.
Ketika anak sedang melakukan kesalahan, biasanya kita selalu fokus pada kesalahan yang anak kita lakukan. Padahal harusnya, kita memahami dan menyadari bahwa hal itu adalah pembelajaran untuk kita. Terkadang kita tidak sadar bahwa dalam setiap pengasuhan anak, itu setiap kejadiannya adalah pelajaran, didikan, tempaan dari Allah supaya kita layak menjadi seorang ibu. Setiap anak membawa modul belajar masing-masing untuk orang tuanya.
7. Untuk para semua Ibu, mari kita ridho dulu, diridhoi Allah kemudian. Seperti yang tercantum dalam QS. Al Fajr ayat 27-30:
يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ، ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً، فَٱدْخُلِى فِى عِبَٰدِى، وَٱدْخُلِى جَنَّتِى
“Wahai jiwa-jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rabbmu dalam keadaan ridho dan diridhoiNya, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu.”
Itu tadi hal2 yang perlu diperhatikan dalam memanajemen emosi Ibu. Semoga bermanfaat ya, Mom.
This Post Has One Comment