Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin yang berinteraksi dengan orang-orang, dan dia sabar atas gangguan mereka, lebih baik daripada yang tidak berinteraksi dengan orang-orang, dan tidak sabar dengan gangguan mereka.” Di sini, Nabi memberi perbandingan antara dua model orang mukmin. Salah satu orang mukmin, dia bergaul, dia berinteraksi dan dia sabar. Namanya pergaulan tidak mungkin selamat dari gangguan, dari omongan. Terkadang bercanda jadi musibah, terkadang bercanda menjadi ejekan. Maksudnya bikin tertawa malah bikin ribut. Terkadang salah omong, salah ucap. Tidak semua orang beradab, tidak semua orang ngomong memperhatikan perasaan orang. Semakin kita berinteraksi, semakin rawan terjadi gesekan.
Yang satu lagi, tidak mau berinteraksi karena khawatir selalu sakit hati. Akhirnya memilih untuk fokus beribadah, membaca Al-Qur’an, shalat, puasa, dan melakukan hal-hal bermanfaat lainnya. Memilih untuk fokus terhadap diri sendiri dan memilih untuk tidak bergaul dan menjauh dari siapapun.
Jadi, menutup diri atau bergaul? Dua-duanya baik. Tetapi mana yang yang lebih baik? Yang lebih baik adalah orang yang bersabar atas gangguan orang. Kalau semua orang tidak sabar, tidak ada yang berdakwah. Siapa yang mau berdakwah? Kalau berdakwah, terjun di masyarakat, harus bersabar. Sabar dengan omongan orang, sabar dengan omongan murid-murid, terkadang yang bersabar bukan cuma ustadznya, istri ustadznya pun harus bersabar, karena menjadi pusat perhatian.
Kata para ulama, mana yang lebih baik antara menutup diri dan bergaul? Secara umum, yang bergaul lebih baik, yang bisa berinteraksi dan ia bersabar, itu lebih baik. Tetapi jika seseorang, dia tahu diri, dia tidak bisa bersabar, kalau berinteraksi dengan orang dia akan cepat emosi, terjadi permusuhan, ribut dan yang lainnya, mending dia kurangi interaksi. Yang paling bagus sifat tengah-tengah, kita berinteraksi secukupnya. Tidak kita membuka diri kepada semua orang, karena ini rawan terjadi pertikaian dan yang lainnya. Dan tidak menutup diri juga secara total, tapi kita membuka diri dengan secukupnya, sambil menimbang maslahat. Karena berinteraksi dengan masyarakat itu perlu. Berinteraksi dengan tetangga juga perlu. Berinteraksi dengan kawan-kawan juga perlu. Tetapi jangan dibuka selebar-lebarnya, karena masing-masing kita punya maslahat yang harus diperhatikan.
Sampai jumpa di tulisan berikutnya. Semoga bermanfaat ya, Mom.
This Post Has One Comment