Blog Parenting Sharing

Toxic Parents (Kesalahan Pola Asuh Yang Merusak Pertumbuhan Anak)

Toxic parents merupakan orang tua yang tidak menghormati dan tidak memperlakukan anaknya dengan baik sebagai individu. Orang tua dalam mendidik dan memperlakukan anak, harus mengetahui dan memahami fisik dan psikisnya. Jangan sampai karena watak atau pun ego, kita sebagai orang tua terlalu keras atau bahkan kasar kepada anak yang nantinya akan melukai hati anak. Pola asuh yang toxic tidak baik untuk dilakukan walaupun dengan dalih semata-mata karena kasih sayang.

Disadari atau tidak, kita sebagai orang tua bisa saja menjadi toxic parents. Oleh sebab itu, agar dapat mewaspadai perilaku kita terhadap anak, terdapat ciri-ciri toxic parents:
1. Mengutamakan diri sendiri. Toxic parents selalu mengutamakan kebutuhannya sendiri dan tidak mempertimbangkan kebutuhan maupun perasaan anak.
2. Tak dapat memperlakukan anak dengan baik. Pada hal yang bersifat mendasar saja, seperti rasa hormat dan kesopanan, mereka enggan melakukannya.
3. Sulit mengendalikan emosi. Toxic parents kerap mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosinya. Orang tua seperti ini biasanya cenderung bereaksi berlebihan atau cenderung dramatis ketika anak melakukan kesalahan. Bahkan, ia tak segan untuk memukul, memaki, dan melakukan kekerasan lainnya.
4. Suka mengontrol. Orang tua toxic suka mengontrol anaknya dengan ketat. Ia akan mengatur apa yang harus dilakukan oleh anak, kapan dan bagaimana sang anak melakukannya. Toxic parents selalu mencampuri urusan pribadi anak.
5. Selalu menyalahkan anak. Apapun usaha dan hasil yang dilakukan oleh anak tak pernah cukup baik baginya. Orang tua selalu mencari kesalahan dan jarang mengapresiasi anak.
6. Sering mempermalukan anak. Ia akan mengejek, merendahkan, memukul, memaki, atau meneriaki anak di depan orang lain, terutama teman-temannya sehingga anak merasa sangat malu.
7. Merasa bersaing dengan anak. Merasa tak suka jika anak senang.
8. Mengungkit apa yang telah dilakukan untuk anak.
9. Egois dan kurang empati pada anak.
10. Kurang menghargai dan menuntut berlebihan.

Hyper parenting merupakan penerapan pola asuh yang sering kali dilakukan di luar kontrol. Orangtua hanya ingin anaknya terlihat sempurna dan dituntut sukses tanpa memikirkan perasaan anak. Berikut ciri-ciri hyper parenting:
1. Orangtua memiliki rasa cemas berlebihan terhadap sesuatu yang dialami oleh anaknya.
2. Orangtua seolah ingin selalu memastikan anak tidak melakukan kegiatan yang dilarang olehnya.
3. Orang tua sangat detail seperti harus mengetahui dan memastikan kondisi anak setiap saat.
4. Orangtua mudah sekali frustasi dan menganggap dirinya gagal dalam mendidik ketika perkembangan anak tidak sesuai keinginan.
5. Orang tua seringkali berperilaku tidak masuk akal dengan meminta anak melakukan berbagai kegiatan tanpa melihat kondisi tubuhnya.

Hyper parenting dapat menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap anak:
1. Rentan sakit dan depresi
2. Emosi meledak-ledak
3. Tidak kreatif dan ekspresif
4. Kemampuan sosial yang buruk
5. Kehilangan waktu bermain
6. Hubungan kaku dengan orang tua

Orang tua yang masuk kategori toxic parent biasanya ada gangguan di otaknya. Hal ini bisa terjadi karena adanya rasa trauma atau gangguan kejiwaan.

Ketika orang tua sering memarahi anak. Kemarahan orang tua akan terekam di otak anak dan dapat menyebabkan anak menjadi seorang pemarah, memiliki kepercayaan diri yang buruk, anak memiliki sifat egois dan keras kepala, anak menjadi trauma dan depresi, dan anak suka menentang. Kemarahan tidak mengajarkan apa-apa terhadap perkembangan anak. Justru membuat renggang ikatan batin antara orang tua dan anak, anak akan merasa tidak nyaman dan takut karena perilaku orangtuanya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tidak menjadi orangtua yang toxic:
1. Menjaga dan menahan hawa nafsu. Sabar ketika ingin marah. Pahami anak, tetapi bukan dengan memanjakan. Kita bisa mulai dengan bercerita hal-hal yang baik, menasihati dengan fakta-fakta yang bisa kita kaitkan dengan kehidupan Nabi.
2. Menjaga emosi. Berusaha mengendalikan diri untuk tidak melakukan kekerasan kepada anak.
3. Ajak anak berdiskusi. Menonton film yang inspiratif, menceritakan hal-hal yang baik, mengajarkan anak dengan cara-cara yang kreatif, dan bacakan buku.
4. Peluk anak. Berikan tanda sayang kita pada mereka. Buat mereka merasa dicintai sepenuh hati agar kelak tumbuh menjadi anak yang penyayang.
5. Ajak anak bermain hal-hal yang menyenangkan agar tidak kecanduan gadget. Hal ini dapat membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan.

Nah itu tadi penjelasan mengenai toxic parent dan cara untuk menjadi orangtua yang tidak toxic. Sampai bertemu di tulisan berikutnya… Semoga bermanfaat ya, Mom.

Related Posts

Apa itu baby blues syndrome ?

Apa itu baby blues syndrome ?

Apa itu Baby Blues syndrome? baby blues syndrome” atau sindrom baby blues. Ini adalah kondisi umum yang dialami oleh banyak wanita setelah melahirkan. Ini terjadi dalam beberapa hari…

Membiasakan Menahan Marah

Kita harus memahami dan sadar bahwa ada banyak alasan bagi kita untuk marah. Terkadang agak susah untuk mencari alasan untuk tidak marah. Maka Nabi memberikan tips kepada kita:…

Sate Bebek, Ide Masakan Simple

Hari ini, yuk kita bikin sate bebek. Menu ini cocok untuk jadi ide menu masakan simple di rumah. Simak resepnya yuk: Bahan-bahan: – Bebek fillet – Potongan buah…

Roti Kukus Pisang Kurma, Ide Masakan Simple

Hari ini, yuk kita bikin roti kukus pisang kurma. Menu ini cocok untuk jadi ide menu masakan simple di rumah. Simak resepnya yuk: Bahan-bahan: – 12 sdm tepung…

Nugget Tuna, Ide Masakan Simple

Hari ini, yuk kita bikin nugget tuna. Menu ini cocok untuk jadi ide menu masakan simple di rumah. Simak resepnya yuk: Bahan-bahan: – 500 gr tuna fillet –…

Ikan Tuna Balado, Ide Masakan Simple

Hari ini, yuk kita bikin Ikan Tuna Balado. Menu ini cocok untuk jadi ide menu masakan simple di rumah. Simak resepnya yuk: Bahan-bahan: – 1 ekor ikan tuna…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *