Manajemen fisioterapi didasarkan pada pendekatan multidisiplin problem-solving yang holistik dengan tujuan untuk meningkatkan kemandirian, fungsi, maksimalisasi aktivitas, meringankan simptom dan pencegahan kecacatan.
Tabel berikut ini memberikan gambaran mengenai manajemen pasien stroke secara umum:
Stadium | Definisi | Manajemen |
Acute | Periode segera setelah stroke | Asesmen awal mengenai sistem dasarIntervensi fisioterapi untuk sistem respirasiDialog awal dengan pasien dan penjaga mengenai karakteristik strokeAsesmen mengenai lingkungan dan komunitas sosial pasien |
intermediate | Periode yang terjadi saat pasien sudah stabil secara medis, sadar, dan mampu menjalani proses rehabilitasi | Identifikasi dan asesmen teratur mengenai tujuan rehabilitasi yanng dilakukanMenjalani program intervensi fisioterapi secara aktifPembentukan dan pengajaran strategi penanganan diri sendiri. |
Discharge dan transfer | Periode segera sebelum dan setelah pengeluaran dari rehabilitasi formal | Asesmen disabilitas yang masih bersisaIntervensi fisioterapi mengenai tujuan pengeluaranModifikasi lingkungan pasienManajemen keterampilan transfer antar lingkungan
Meninjau dan memantau strategi penanganan diri sendiri Menentukan pola rehabilitasi saat pasien telah kembali ke rumah atau ketika fisioterapi komunitas berhenti |
Long term | Dapat meliputiTinjauan teratur mengenai status pasienSesi treatment yang berorientasi pada tugas-tugas tertentuMeninjau dan memodifikasi strategi penanganan diri sendiri |
Long term | Dapat meliputiTinjauan teratur mengenai status pasienSesi treatment yang berorientasi pada tugas-tugas tertentuMeninjau dan memodifikasi strategi penanganan diri sendiri |
Manajemen fisioterapi mengikuti pendekatan problem-solving dan melibatkan elemen-elemen berikut ini :
- Rehabilitasi pergerakan
- Maksimalisasi fungsi
- Pencegahan komplikasi sekunder
- Penanganan faktor sosial/psikologi
Faktor-faktor kunci yang menjadi fitur penting dalam pemulihan fisik setelah stroke yaitu :
- Pemulihan (recovery) paling cepat terjadi dalam beberapa bulan pertama dan pola pergerakan kembali dalam pola hirarki yang sama pada kebanyakan pasien.
- Penentuan waktu dan pencapaian keseimbangan duduk mandiri merupakan indikator kunci kemandirian fungsional
- Tingkatan disfungsi motorik awal dan interval waktu antara paralisis dan pengembalian pergerakan merupakan indikator penting pemulihan pergerakan
Fisioterapi penderita stroke hemoragik pada prinsipnya bisa dimulai sedini mungkin, mulai dari fase akut (biasanya mulai dalam 48 jam) jika dinyatakan aman secara medis. Penderita dinyatakan aman secara medis jika:
- Status respirasi stabil.
- Tekanan darah stabil dan dalam batas rambu-rambu aman bagi pasien tersebut. Khusus untuk perdarahan sub arachnoid, tekanan darah harus benar-benar diperhatikan dan biasanya mobilisasi dini lebih lambat dimulai
- Batas aman untuk latihan bila systole naik atau turun hingga 20 mmHg dan diastole hingga 10 mmHg dari nilai normal pasien.
- Jika tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg atau kurang dari 80/50 mmHg, maka lebih amannya jangan dilatih.
Intervensi fisioterapi post stroke fase akut mengutamakan keselamatan dan keamanan penderita, sehingga modalitas fisioterapi yang diberikan harus disesuaikan dengan stabilitas kondisi penderita. Pada umumnya intervensi yang diberikan pada stadium akut masih bersifat latihan pasif, sehingga tidak membahayakan kondisi pasien.
Intervensi fisioterapi sedini mungkin bertujuan untuk: mengoptimalkan upaya penyembuhan melalui re-edukasi muscle movement menuju re-edukasi muscle function dan mencegah berbagai komplikasi yang mungkin timbul akibat gangguan tonus, imobilisasi dan tirah baring lama sehingga pasien lebih cepat mandiri sehingga meringankan beban psikososial dan ekoniomi keluarga.